PENGERTIAN SENI LUKIS
Seni lukis merupakan
karya seni rupa berwujud dua dimensi yang dalam
penciptaannya mengolah unsur titik, garis, bidang, tekstur, warna,
gelap-terang, dan lain-lain melalui pertimbangan estetik. Pada karya seni rupa
purbakala, objek yang dipilih kebanyakan berupa bentuk manusia, flora, dan
fauna. Karya seni lukis tradisional yang terdapat di Nusantara, antara lain
lukisan kaca, lukisan di atas kain, lukisan batik, lukisan wayang beber, dan
lukisan pada wayang kulit (sungging). Di Sumbawa, tradisi lukisan dari nenek
moyang terdapat pada nisan berukir, lukisan pada tiang, dinding rumah, dan
sebagainya.
Dengan kata lain
Melukis adalah kegiatan mengolah medium dua dimensi atau permukaan dari objek
tiga dimensi untuk mendapat kesan tertentu. Medium lukisan bisa berbentuk apa
saja, seperti kanvas, kertas, papan, dan bahkan film di dalam fotografi bisa
dianggap sebagai media lukisan. Alat yang digunakan juga bisa bermacam-macam,
dengan syarat bisa memberikan imaji tertentu kepada media yang digunakan.
SEJARAH SENI LUKIS INDONESIA
Perkembangan seni rupa Indonesia khususnya seni lukis tidak
banyak diketahui. Hal itu karena karya tulis yang mengupas parjalanan seni rupa
masih sedikit dan terbatas pada kalangan akademis. Namun, akhir-akhir ini
banyak seniman yang mengupas dan menulis seputar seni dan kesenian di
Indonesia, terutama tentang seni lukis.
Secara garis besar perkembangan seni rupa Indonesia meliputi seni prasejarah, sejarah seni Indonesia-Hindu, seni Indonesia-Islam, dan seni Indonesia Modern.
Secara garis besar perkembangan seni rupa Indonesia meliputi seni prasejarah, sejarah seni Indonesia-Hindu, seni Indonesia-Islam, dan seni Indonesia Modern.
1. Seni Lukis Prasejarah Indonesia
Pada zaman prasejarah, seni lukis memegang peranan penting karena
setiap lukisan mempunyai makna dan maksud tertentu. Pada zaman tersebut lukisan
dibuat pada dinding-dinding gua dan karang.
Salah satu teknik yang digunakan oleh orang-orang gua untuk melukis di dindingdinding gua adalah dengan menempelkan tangan di dinding gua, lalu disemprot dengan kunyahan daun-daunan atau batu mineral berwarna. Teknik menyemprot ini dikenal dengan nama aerograph. Media lain yang digunakan untuk membuat lukisan adalah tanah liat. Pewarna yang digunakan berasal dari bahan-bahan alami seperti mineral dan lemak binatang. Pada umumnya tujuan dan tema yang dipilih untuk membuat lukisan-lukisan tersebut adalah magis.
Contoh karya seni lukis yang dihasilkan pada zaman prasejarah dapat dilihat di Gua Leang Pattakere di Maros, Sulawesi Selatan. Lukisan tersebut menggambarkan adegan perburuan. Selain itu, ada juga lukisan pada dinding-dinding gua di pantai selatan Irian Jaya (Papua). Lukisan yang terdapat di tempat tersebut menggambarkan nenek moyang. Hal yang menarik perhatian pada lukisan yang tersebar di daerah yang amat luas itu adalah siluet tangan yang terdapat di manamana. Cap tangan ini terdapat pula di Sulawesi Selatan, pada lukisan di tebing batu di teluk Sulaeman Seram, di teluk Berau Papua, dan di pulau Arguni dan di kepulauan Kei. Selain motif bayangan tangan, motif yang terdapat di banyak tempat ialah sosok manusia, perahu, matahari, bulan, burung, ikan, kura-kura, manusia, kadal, kaki, dan babi rusa.
Salah satu teknik yang digunakan oleh orang-orang gua untuk melukis di dindingdinding gua adalah dengan menempelkan tangan di dinding gua, lalu disemprot dengan kunyahan daun-daunan atau batu mineral berwarna. Teknik menyemprot ini dikenal dengan nama aerograph. Media lain yang digunakan untuk membuat lukisan adalah tanah liat. Pewarna yang digunakan berasal dari bahan-bahan alami seperti mineral dan lemak binatang. Pada umumnya tujuan dan tema yang dipilih untuk membuat lukisan-lukisan tersebut adalah magis.
Contoh karya seni lukis yang dihasilkan pada zaman prasejarah dapat dilihat di Gua Leang Pattakere di Maros, Sulawesi Selatan. Lukisan tersebut menggambarkan adegan perburuan. Selain itu, ada juga lukisan pada dinding-dinding gua di pantai selatan Irian Jaya (Papua). Lukisan yang terdapat di tempat tersebut menggambarkan nenek moyang. Hal yang menarik perhatian pada lukisan yang tersebar di daerah yang amat luas itu adalah siluet tangan yang terdapat di manamana. Cap tangan ini terdapat pula di Sulawesi Selatan, pada lukisan di tebing batu di teluk Sulaeman Seram, di teluk Berau Papua, dan di pulau Arguni dan di kepulauan Kei. Selain motif bayangan tangan, motif yang terdapat di banyak tempat ialah sosok manusia, perahu, matahari, bulan, burung, ikan, kura-kura, manusia, kadal, kaki, dan babi rusa.
2. Seni Lukis Hindu Klasik Indonesia
Setelah zaman
prasejarah berakhir, bangsa Indonesia telah memiliki berbagai macam keahlian
seperti pembuatan batu besar berbentuk piramida berundak, seni tuang logam,
pertanian dan peralatannya, seni pahat, serta pembuatan batik yangdikembangkan
dengan penambahan unsur-unsur baru pada waktu masuknya pengaruh Hindu. Zaman
ini merupakan babak baru dalam periodisasi kebudayaan di Indonesia dan dapat
dikatakan sebagai zaman sejarah karena pada zaman ini telah ditemukan
peninggalan berupa tulisan. Hal ini terjadi karena adanya kontak kebudayaan
dengan India sekitar abad ke-5 M.
Tema yang umum digunakan pada suatu karya seni pada masa ini antara lain tema agama, mitologi, legenda, dan cerita sejarah. Contohnya lukisan Bali Klasik yang berisi cerita Ramayana dan Mahabharata. Gaya yang dipakai pada pahatan dinding candi zaman Majapahit adalah gaya wayang dengan komposisi bidang mendatar yang padat dan sarat dengan stilasi. Sebutan gaya wayang di sini menunjukkan tanda persamaan dalam stilasi bentuk tokoh cerita wayang kulit dan lukisan Bali Klasik. Warna lukisan terbatas pada warna-warna yang dapat dicapai bahan alami seperti kulit kayu, daun-daunan, tanah, dan jelaga. Lukisan dibuat pada kain memanjang tanpa dipasang pada bingkai rentang sehingga hasilnya menyerupai lukisan gulungan. Seperti juga pahatan dinding candi dan gambar lontar, fungsi dari lukisan Bali Klasik adalah sebagai media pendidikan sesuai dengan ajaran agama atau falsafah hidup zaman Hindu.
Seni lukis di Bali mulai berlangsung ketika kebudayaan Hindu Jawa Timur terdesak oleh kebudayaan Islam. Keberadaan seni lukis yang menyatu dan berakulturasi dengan kebudayaan Hindu menjadi khas dan dikenal oleh berbagai negara hingga kini. Perkembangan seni lukis Hindu-Bali dapat diuraikan dalam tiga bagian, yaitu seni lukis Kamasan, seni lukis Pita Maha, dan seni lukis Seniman Muda.
Tema yang umum digunakan pada suatu karya seni pada masa ini antara lain tema agama, mitologi, legenda, dan cerita sejarah. Contohnya lukisan Bali Klasik yang berisi cerita Ramayana dan Mahabharata. Gaya yang dipakai pada pahatan dinding candi zaman Majapahit adalah gaya wayang dengan komposisi bidang mendatar yang padat dan sarat dengan stilasi. Sebutan gaya wayang di sini menunjukkan tanda persamaan dalam stilasi bentuk tokoh cerita wayang kulit dan lukisan Bali Klasik. Warna lukisan terbatas pada warna-warna yang dapat dicapai bahan alami seperti kulit kayu, daun-daunan, tanah, dan jelaga. Lukisan dibuat pada kain memanjang tanpa dipasang pada bingkai rentang sehingga hasilnya menyerupai lukisan gulungan. Seperti juga pahatan dinding candi dan gambar lontar, fungsi dari lukisan Bali Klasik adalah sebagai media pendidikan sesuai dengan ajaran agama atau falsafah hidup zaman Hindu.
Seni lukis di Bali mulai berlangsung ketika kebudayaan Hindu Jawa Timur terdesak oleh kebudayaan Islam. Keberadaan seni lukis yang menyatu dan berakulturasi dengan kebudayaan Hindu menjadi khas dan dikenal oleh berbagai negara hingga kini. Perkembangan seni lukis Hindu-Bali dapat diuraikan dalam tiga bagian, yaitu seni lukis Kamasan, seni lukis Pita Maha, dan seni lukis Seniman Muda.
3. Seni Lukis Islam Indonesia
Seperti pada zaman
Hindu, kesenian Islam di Indonesia berpusat di istana. Seorang seniman tugasnya
tidak semata-mata menciptakan karya seni, akan tetapi ia juga seorang ahli
dalam berbagai ilmu pengetahuan dan filsafat, di samping mengenal cabang seni
lainnya. Pada seni Islam, terdapat suatu pantangan untuk melukiskan motif
makhluk hidup dalam bentuk realistis. Para seniman melakukan upaya kompromistis
dengan kebudayaan sebelumnya. Dalam hal ini toleransi Islam mendukung proses
kesinambungan tradisi seni rupa sebelumnya, tetapi dengan nafas baru, seperti
hiasan dengan motif stilasi binatang dan manusia dipadukan dengan huruf Arab,
baik dalam penerapan elemen estetis pada mesjid, penggarapan seni kriya,
lukisan atau kaligrafi. Adapun pembuatan patung, dibuat demikian tersamar
sehingga seolah-olah gambaran ini hanya berupa hiasan dedaunan atau flora.
Biasanya lukisan dibuat sebagai hiasan yang menggambarkan cerita-cerita tokoh dalam pewayangan atau lukisan binatang candra sangkala dan tentang riwayat nabi. Adapun bentuk lukisan yang disamarkan seperti lukisan kaca yang berasal dari Cirebon.
Biasanya lukisan dibuat sebagai hiasan yang menggambarkan cerita-cerita tokoh dalam pewayangan atau lukisan binatang candra sangkala dan tentang riwayat nabi. Adapun bentuk lukisan yang disamarkan seperti lukisan kaca yang berasal dari Cirebon.
4. Seni Lukis Indonesia Baru
Seni lukis Indonesia
baru yang berkembang di Indonesia seperti juga kesenian pada umumnya tidak
dapat sepenuhnya dipahami tanpa menempatkannya dalam keseluruhan kerangka
masyarakat dan kebudayaan Indonesia. Perkembangan karya seni lukis Indonesia
dipengaruhi kuat oleh kekuatan sejarah. Seni lukis Indonesia baru berkembang
setelah masa seni lukis Islam. dan seni lukis pada masa ini mengalami
perkembangan yang sangat pesat seiring dengan perkembangan senirupa indonesia
dimana tokohnya seperti Raden Saleh, Affandi, Basuki Abdullah dan kawan-kawan yang sudah saya
pernah posting sebelumnya dan bisa anda bacadisini.
Macam-macam Seni Lukis berdasarkan
tujuan pembuatannya
Dalam membuat sebuah
karya seni lukis, para seniman memiliki berbagai macam tujuan dan alasan
pembuatan karya tersebut. Tujuan-tujuan yang dipilih oleh para seniman antara
lain tujuan religius, magis, simbolis, estetis, komersil, dan ekspresi.
a. Seni Lukis untuk Tujuan Religius
Seorang seniman yang
memiliki tujuan religius menjadikan lukisan yang dibuatnya sebagai pengabdian
yang ditunjukan kepada Tuhan, nenek moyang, atau para dewa, baik politheisme atau
monotheisme. Salah satu bentuk lukisan yang dibuat dengan tujuan religius
adalah lukisan pada gua leang-leang di Maros, Sulawesi Selatan.
b. Seni Lukis untuk Tujuan Magis
Seorang seniman yang
memiliki tujuan magis menjadikan lukisan yang dibuat untuk mendatangkan magis
atau sihir. Lukisan ini bersifat primitif. Akan tetapi, pelukis modern juga
banyak yang melukis tema dan motif primitif agar menimbulkan kesan magis.
Mereka menganut paham primitivisme. Seniman-seniman yang banyak melukis tema
dan motif primitif banyak terdapat di Bali.
c. Seni Lukis sebagai Tujuan Simbolis
Seorang seniman yang
memiliki tujuan simbolis melakukan kegiatan melukis untuk melambangkan suatu
cita-cita kehidupan pribadi atau kelompok. Misalnya, cita-cita berupa
kebahagiaan, kedamaian, kekuatan, dan kehendak positif yang bermanfaat bagi
manusia. Contoh lukisan yang dibuat dengan tujuan simbolis adalah lukisan
kepahlawanan Pangeran Diponegoro karya Basuki Abdullah.
d. Seni Lukis untuk Tujuan Estetis
Seorang seniman yang
memiliki tujuan estetis akan melukis dengan sematamata mengutamakan rasa
keindahan saja sehingga lukisannya dapat dinikmati sebagai penghias dekorasi.
Contoh lukisan yang memiliki tujuan estetis adalah lukisan pemandangan atau
lukisan kegiatan masyarakat.
e. Seni Lukis untuk Tujuan Komersil
Seorang seniman yang
memiliki tujuan komersil akan melukis dengan mengutamakan selera pembeli.
Contohnya adalah para pelukis di jalan.
f. Seni Lukis untuk Tujuan Ekspresi
Seorang pelukis yang
melukis dengan tujuan ekspresi akan melukis untuk mengekspresikan perasaannya
sendiri, tanpa melihat unsur-unsur lain. Di sini seniman benar-benar total
mencurahkan semua ekspresi dan perasaannya ke dalam sebuah lukisan. Teknik yang
dipakai pun beragam dan biasanya seorang seniman ini mempunyai teknik khas
tersendiri.
Ditulis
Oleh :
0 komentar:
Posting Komentar